December 2, 2024

Bola Euro2024

berita terbaru jadwal prediksi bola

Keuangan Liga Premier: Newcastle dan Aston Villa Terhambat

Keuangan Premier League: Newcastle dan Aston Villa Terhambat

Keuangan Liga Premier Newcastle dan Aston Villa Terhambat, Saat ini, Newcastle United tidak hanya kompetitif, tetapi juga menghadapi tekanan finansial akibat aturan Liga Inggris yang diberlakukan oleh sejumlah organisasi pendukung, terutama klub-klub yang berharap bisa bersaing di liga “enam besar”.

Situasi yang ditandai dengan kenaikan harga lebih dari Rp 2,14 Triliun selama tiga tahun terakhir ini mendorong Newcastle menyesuaikan strategi keuangannya agar tidak dikenakan sanksi.

Keuangan Liga Premier: Kieran Maguire, pakar keuangan sepak bola, memberikan analisis kritis terhadap kekuatan kerugian ini, dengan menyebutnya sebagai “aturan yang konyol”. Oleh karena itu, undang-undang ini sudah ada sejak lama dan masih relevan dengan situasi perekonomian saat ini, terutama jika menyangkut tingkat inflasi yang signifikan. Maguire menyatakan bahwa untuk mengendalikan inflasi dan memburuknya situasi perekonomian, batasan kerugian harus diperkuat.

Pada periode tersebut, Aston Villa menjadi salah satu klub yang ikut aktif dalam perubahan kerugian tersebut dengan menginvestasikan dana baru sebesar Rp 2,75 Trilyun untuk mengecek inflasi Bank of England.

Hasilnya, mereka memahami hambatannya, dan Pengajuan tersebut akhirnya ditinggalkan. Nassef Sawiris, pemilik vila, bahkan mungkin mendorong kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan sebagai sarana penegakan peraturan tersebut.

Sejak Dana Investasi Publik Arab Saudi pada tahun 2021, Newcastle telah menyisihkan sejumlah besar uang untuk meningkatkan perekonomian. Namun, aktivitas transfer mereka diatur oleh aturan profitabilitas dan keinginan Liga Premier.

Alhasil, Newcastle harus memasukkan beberapa pemain seperti Elliot Anderson dan Yankuba Minteh agar tetap unggul dalam persaingan dan memperkecil risiko kekalahan.

Menurut Maguire, peraturan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan stabilitas keuangan, melainkan untuk memastikan bahwa “enam besar” tetap dominan. Kebijakan keuangan semacam ini diyakini tidak hanya tidak sehat secara logistik, tetapi juga mendorong klub-klub seperti Villa dan Newcastle untuk bermain di level yang lebih tinggi.

Maguire menjelaskan aturan ini efektif mencegah klub-klub besar dikucilkan dan menghalangi munculnya klub-klub baru yang mungkin menantang dominasi yang sudah ada.

Maguire menjelaskan, jika kerugiannya sebesar Rp 2,14 Trilyun berdasarkan pendapatan klub Liga Primer saat ini, maka nilainya seharusnya naik menjadi sekitar Rp 5 Trilyun.

Hal ini membuat beberapa klub mendapat banyak sanksi yang akan dibebankan kepada klub lain yang memiliki banyak kerugian, seperti Everton atau Nottingham Forest. Dikatakan bahwa jika kondisi keuangan saat ini tidak membaik, maka ancaman pengurangan hampir poin tidak akan terjadi.

Perlu Diperlonggar

Lebih lanjut, Maguire menyebut klub seperti Aston Villa dan Newcastle berpeluang mengeluarkan dana lebih besar untuk pengembangan pemainnya jika aturan ini diperpanjang.

Keduanya sepakat bahwa pemilik klub-klub tersebut sangat ingin melakukan investasi jangka panjang, namun terkendala regulasi Liga Inggris.

Maguire juga menyebutkan potensi risiko yang mungkin timbul jika aturan tersebut diterapkan sebagaimana mestinya. Mereka mencontohkan ITV Digital, ketika jaringan televisi berhenti beroperasi dan mempengaruhi stabilitas keuangan klub-klub di Inggris.

Dengan kata lain, jika skenario itu terwujud, beberapa klub Liga Inggris akan ditempatkan pada posisi rentan. Sekalipun risiko ini menunjukkan bahwa sebuah klub tidak bisa mendapatkan keuntungan dari produk perusahaan TV tersebut, Maguire menyadari bahwa ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk melanjutkan rencana ini.

Sebagai hasil Keuangan Liga Premier Newcastle dan Aston Villa, meski memiliki ambisi tinggi dan sukses mencapai Juara Liga, harus hati-hati mempertimbangkan situasi keuangan mereka.

Menurut Maguire, keberhasilan mereka dalam jangka panjang tidak selalu karena undang-undang yang sudah diterapkan dan tidak mempertimbangkan realitas perekonomian saat ini. Ini adalah topik yang memicu diskusi di kalangan penggemar dan petinggi klub, menyoroti perubahan yang lebih relevan untuk menjaga daya saing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *